Sabtu, 21 April 2012

basrizal koto.

H Basrizal Koto: Sukses dengan kerja keras dan kemauan

Kemiskinan tidak boleh dinikmati tapi dia harus dilawan. Itulah ungkapan kekuatan tekad H Basrizal Koto yang kini menjadi pengusaha sukses di Riau untuk  keluar dari kemiskinan yang menimpa diri dan keluarganya di masa lalu. Dia juga tak  pernah menyalahkan siapa-siapa mengapa jadi miskin, karena hal itu tidak jalan keluar.Usaha untuk sukses itu bukan jalan yang mudah dan terjadi dalam satu malam. Di mana  lelaki kelahiran Kampung Ladang Padusunan Pariaman tahun 1959 ini benar-benar  memulai usahanya dari nol tanpa gelar sarjana dan tidak menamatkan Sekolah Dasar.
Hal itu diungkapkan Basrizal Koto yang akrab dipanggil Basko dihadapan ratusan  hadirin peserta Silaturahmi Saudagar Minang (SSM) 2007, di Pangeran Beach Hotel Padang saat diminta berbagi kisah suksesnya di dunia bisnis mewakili perantau dalam  negeri. Dikesempatan itu turut tampil pengusaha lainnya dari Malaysia H Muhammad  Adnan, pengusaha Ranah Minang H Ramal Saleh dan pengusaha profesional Dirut Indosat Johny Swandi Syam. Dengan pembedah dan penanggap H Basril Djabar dan  Mochtar Naim
Meski sudah memiliki banyak perusahaan dan usaha, Basko maupun yang lainnya tetap merendahkan diri tak mau mengaku dibilang sudah sukses karena masih banyak pengusaha lainnya lebih berpengalaman dari mereka.
Basko dikesempatan itu mengisahkan kembali masa pahit dialami di masa kecil bersama orang tuanya yang miskin. Sampai untuk menanak nasi harus meminjam beras kepada tetangga dan itupun tak didapati, kecuali ungkapan kasar.  Tapi kemiskinan itu ujar Basko, tak menyurutkan semangat dan tekadnya untuk mengubah nasib keluarnya menjadi lebih baik. Berbagai pekerjaan kasar dan keras dilakukannya di masa kecil dan remaja, mulai dari berjualan sabun di pasar, kerupuk, menjadi kernet oplet, membuka jahitan dan lainnya. Keinginan berubah itu menghantarkannya merantau ke Pekanbaru menumpang mobil gratis karena tak ada biaya.
“Saya tidak menyalahkan siapa-siapa mengapa miskin, kemiskinan itu tidak boleh dinikmati tapi dia harus dilawan dengan tekad itu saya bercita-cita merubah nasib,” ungkap Basko.
Kadang tanpa disadarinya menitik air mata saat menceritakan kembali bagaimana kepahitan hidup dijalani seorang “amak” (ibu) yang selalu mendoakan kebaikan dan keberhasilan untuknya. Saat amak sholat tajahud sambil menangis hingga tetes itu jatuh dimuka Basko yang suka tidur di paha orang tua melahirkannya itu. Hadirinpun ikut terbawa haru mengikuti berbagai kisah-kisah berat dijalani Basko hingga kini telah menjadi pengusaha disegani ditingkat nasional.
Meski berhasil di rantau Basko mengatakan tak melupakan memberikan peran kepada kampung halaman. Pernah di masa lalu membuka dealer Chevrolet dan mengkreditkan 500 unit mobil kepada sopir-sopir di Sumbar dengan bayaran ditagih setiap harinya sampai kemudian mobil itu menjadi milik pribadi para sopir. Dalam kisah sukses ini Basko berpesan agar jangan pernah gamang dengan keadaan apapun. Semua dapat diraih dengan semangat dan kerja keras.
Selain Basko, Ramal Saleh pengusaha eksportir internasional asal Padang ini juga bercerita bagaimana membangun bisnisnya sampai menjalar jampir di 20 negara. Dengan berbisnis di eksportir komoditas hasil tanaman di daerah bisa meraup keuntungan besar dan jumlah eksportir ini masih dalam hitungan jari di daerah.
Eksportir itu diistilahkan Ramal seperti berenang di lautan bebas. Banyak peluang dan rezekinya daripada berenang di dalam kolam (red.di daerah) yang terbatas dan kecil. Usaha digelutinya sejak tahun 1990 ini membuktikan jika jaringan usaha itu penting dalam berniaga.
Di sisi lain Jhony  Swandi Syam, Dirut Indosat  berdarah Minang ini ikut berbagi kiat bisnis. Meski lebih sebagai pekerja dan memulai karir dari bawah, tapi profesionalitas kunci dari kesuksesan.
Bisnis selular yang dilakoni BUMN jasa komunikasi terbesar di Indonesia ini menurutnya tak lain dari silaturahmi. Dengan keinginan menyambungkan antar orang menjadi bisnis besar saat ini. Untuk itu ungkapnya dalam membangun jaringan bisnis dihindari menambah lawan atau berburuk sangka, karena hal itu akan menyebabkan terbataskan komunikasi dan hubungan.
Basril Djabar menilai, kesuksesan sosok seorang Basko didorong karena memiliki jiwa enterprenuer, spirit yang tinggi dan tak gampang menyerah serta suka bekerja keras. Motivasi dan mentalitas seperti ini hendaknya ditiru oleh generasi muda saat ini yang akan terjun di dunia usaha. Basril Djabar juga mengibarakatnya jika Sumbar merupakan miniatur paling pas gambaran keberpihakan usaha terhadap pribumi dengan tak banyaknya aset atau usaha besar dikuasai kalangan luar. Sedangkan Mochtar Ahmad menekankan pada masalah kejujuran dan nurani, bahwa yang menggerakan akal orang Minang itu hatinya. (rm/tim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar